>>>Risalah Islam dan Kisah Teladan<<< Niat adalah ukuran dalam menilai benarnya suatu perbuatan, oleh karenanya, ketika niatnya benar, maka perbuatan itu benar, dan jika niatnya buruk, maka perbuatan itu buruk.

Shalat


Seorang santri menjalankan shalat dengan tergesa-gesa di sebuah masjid. Kelihatan sekali shalatnya tidak khusuk. Ketika itu kyai di masjid tersebut mengamati shalatnya. Dia langsung
mengambil cambuk dan mendekati orang yang sedang shalat tersebut. Begitu selesai shalat sang kyai berkata “coba kamu kerjakan shalat lagi”.
Santri tersebut melakukan shalat lagi dalam keadaan khusuk. Kelihatan dia tidak terburu-buru. Begitu selesai shalat sang kyai berkata ,”coba kamu bandingkan, shalat mana yang lebih bagus, yang pertama atau yang kedua”.
Sang santri menjawab ,”ya tentu saja yang pertama pak kyai.”
Pak kyai kaget dan bertanya, “lho kenapa begitu?”
Kata santri ,”Shalat pertama niatnya karena Allah, yang kedua karena takut dengan cambuk”.

Satu Tamparan Menjawab Tiga Pertanyaan

Seorang santri bertanya kepada kiainya, “Ada tiga pertanyaan yang mengganjal di pikiranku, dan menurutku ini adalah petanyaan yang cukup sulit,” ungkapnya.

“Silakan tanya saja, Insya Allah, saya coba membantu.”

“Baiklah. Pertama, jika Allah
itu memang ada, tolong tunjukkan wujudnya. Kedua, apakah takdir itu? Dan ketiga, kalau setan diciptakan dari api, mengapa Allah I menyiksa setan dengan memasukkannya ke dalam neraka yang juga terbuat dari api?”

Sampai di situ, sang kiai langsung menampar pipi si santri dengan keras.

“Itulah jawaban dari semua pertanyaan kamu,” katanya.

“Maksud kiai?”

“Bagaimana tamparan saya? Sakit?”

“Tentu saja,” jawab santrinya.

“Jadi kamu percaya dengan adanya sakit?”

“Itukan biasa.”

“Sekarang tunjukkan wujud sakit itu.”

Si santri pun terdiam.

“Itulah jawaban atas pertanyaan kamu yang pertama. Allah itu ada. Bukti-buktinya terasa. Hanya kita tidak mampu melihatnya. Sebelumnya, apakah kamu bermimpi atau setidaknya memperkirakan bahwa hari ini kamu kena tampar?”

Si satri menggeleng.

“Itulah takdir. Selanjutnya pipi kamu dilapisi apa?” Tanya kiai lagi.

“Kulit,” jawab santrinya.

“Tangan ini?”

“Kulit juga.”

“Itulah jawaban pertanyaan kamu yang ketiga,” kiai mengakhiri jawabannya dengan lugas.

Tidak Jadi Mencuri Terung, Allah Karuniakan Seorang Isteri

Di Damaskus, ada sebuah mesjid besar, namanya mesjid Jami' At-Taubah. Dia adalah sebuah masjid yang penuh keberkahan. Di dalamnya ada ketenangan dan keindahan. Sejak tujuh puluh tahun, di masjid itu ada seorang syaikh pendidik yang alim dan mengamalkan ilmunya. Dia sangat fakir sehingga menjadi contoh dalam kefakirannya, dalam menahan diri dari meminta, dalam kemuliaan jiwanya dan dalam berkhidmat untuk kepentingan orang lain.

Saat itu ada pemuda yang bertempat di sebuah kamar dalam masjid. Sudah dua hari berlalu tanpa ada makanan yang dapat dimakannya. Dia tidak mempunyai makanana ataupun uang untuk membeli
makanan. Saat datang hari ketiga dia merasa bahwa dia akan mati, lalu dia berfikir tentang apa yang akan dilakukan. Menurutnya, saat ini dia telah sampai pada kondisi terpaksa yang membolehkannya memakan bangkai atau mencuri sekadar untuk bisa menegakkan tulang punggungnya. Itulah pendapatnya pada kondisi semacam ini.

Masjid tempat dia tinggal itu, atapnya bersambung dengan atap beberapa rumah yang ada disampingnya. Hal ini memungkinkan sesorang pindah dari rumah pertama sampai terakhir dengan berjalan diatas atap rumah-rumah tersebut. Maka, dia pun naik ke atas atap masjid dan dari situ dia pindah kerumah sebelah. Di situ dia melihat orang-orang wanita, maka dia memalingkan pandangannya dan menjauh dari rumah itu. Lalu dia lihat rumah yang di sebelahnya lagi. Keadaannya sedang sepi dan dia mencium ada bau masakan berasal dari rumah itu. Rasa laparnya bangkit, seolah-olah bau masakan tersebut magnet yang menariknya.

Rumah-rumah dimasa itu banyak dibangun dengan satu lantai, maka dia melompat dari atap ke dalam serambi. Dalam sekejap dia sudah berada di dalam rumah dan dengan cepat dia masuk ke dapur lalu mengangkat tutup panci yang ada disitu. Dilihatnya sebuah terong besar dan sudah dimasak. Lalu dia ambil satu, karena rasa laparnya dia tidak lagi merasakan panasnya, digigitlah terong yang ada ditangannya dan saat itu dia mengunyah dan hendak menelannya, dia ingat dan timbul lagi kesadaran beragamanya. Langsung dia berkata, 'A'udzu billah! Aku adalah penuntut ilmu dan tinggal di mesjid , pantaskah aku masuk kerumah orang dan mencuri barang yang ada di dalamnya?' Dia merasa bahwa ini adalah kesalahn besar, lalu dia menyesal dan beristigfar kepada Allah, kemudian mengembalikan lagi terong yang ada ditangannya. Akhirnya dia pulang kembali ketempat semula. Lalu ia masuk kedalam masjid dan mendengarkan syaikh yang saat itu sedang mengajar. Karena terlalu lapar dia tidak dapat memahami apa yang dia dengar.

Ketika majlis itu selesai dan orang-orang sudah pulang, datanglah seorang perempuan yang menutup tubuhnya dengan hijab -saat itu memang tidak ada perempuan kecuali dia memakai hijab-, kemudian perempuan itu berbicara dengan syaikh. Sang pemuda tidak bisa mendengar apa yang sedang dibicarakannya. Akan tetapi, secara tiba-tiba syaikh itu melihat ke sekelilingnya. Tak tampak olehnya kecuali pemuda itu, dipanggilah ia dan syaikh itu bertanya, 'Apakah kamu sudah menikah?', dijawab, 'Belum,'. Syaikh itu bertanya lagi, 'Apakah kau ingin menikah?'. Pemuda itu diam. Syaikh mengulangi lagi pertanyaannya. Akhirnya pemuda itu angkat bicara, 'Ya Syaikh, demi Allah! Aku tidak punya uang untuk membeli roti, bagaimana aku akan menikah?'. Syaikh itu menjawab, 'Wanita ini datang membawa khabar, bahwa suaminya telah meninggal dan dia adalah orang asing di kota ini. Di sini bahkan di dunia ini dia tidak mempunyai siapa-siapa kecuali seorang paman yang sudah tua dan miskin', kata syaikh itu sambil menunjuk seorang laki-laki yang duduk di pojokkan. Syaikh itu melanjutkan pembicaraannya, 'Dan wanita ini telah mewarisi rumah suaminya dan hasil penghidupannya. Sekarang, dia ingin seorang laki-laki yang mau menikahinya, agar dia tidak sendirian dan mungkin diganggu orang. Maukah kau menikah dengannya? Pemuda itu menjawab 'Ya'. Kemudian Syaikh bertanya kepada wanita itu, 'Apakah engkau mau menerimanya sebagai suamimu?', ia menjawab 'Ya'. Maka Syaikh itu mendatangkan pamannya dan dua orang saksi kemudian melangsungkan akad nikah dan membayarkan mahar untuk muridnya itu. Kemudian syaikh itu berkata, 'peganglah tangan isterimu!' Dipeganglah tangan isterinya dan sang isteri membawanya kerumahnya. Setelah keduanya masuk kedalam rumah, sang isteri membuka kain yang menutupi wajahnya. Tampaklah oleh pemuda itu, bahwa dia adalah seorang wanita yang masih muda dan cantik. Rupanya pemuda itu sadar bahwa rumah itu adalah rumah yang tadi telah ia masuki.

Sang isteri bertanya, 'Kau ingin makan?' 'Ya' jawabnya. Lalu dia membuka tutup panci didapurnya. Saat melihat buah terong didalamnya dia berkata: 'heran siapa yang masuk kerumah dan menggigit terong ini?!'. Maka pemuda itu menangis dan menceritakan kisahnya. Isterinya berkomentar, 'Ini adalah buah dari sifat amanah, kau jaga kehormatanmu dan kau tinggalkan terong yang haram itu, lalu Allah berikan rumah ini semuanya berikut pemiliknya dalam keadaan halal. Barang siapa yang meninggalkan sesuatu ikhlas karena Allah, maka akan Allah ganti dengan yang lebih baik dari itu.



Jibril AS, Kerbau, Kelelawar, dan Cacing

Suatu hari Allah SWT memerintahkan malaikat Jibri AS untuk pergi menemui salah satu makhluk-Nya yaitu kerbau dan menanyakan pada si kerbau apakah dia senang telah diciptakan Allah SWT sebagai seekor kerbau. Malaikat Jibril AS segera pergi menemui si Kerbau.

Di siang yang panas itu si kerbau sedang berendam di sungai. Malaikat Jibril AS mendatanginya kemudian mulai o
bertanya kepada si kerbau, "hai kerbau apakah kamu senang telah dijadikan oleh Allah SWT sebagai seekor kerbau". Si kerbau menjawab, "Masya Allah, alhamdulillah, aku bersyukur kepada Allah SWT yang telah menjadikan aku sebagai seekor kerbau, dari pada aku dijadikan-Nya sebagai seekor kelelawar yang ia mandi dengan kencingnya sendiri". Mendengar jawaban itu Malaikat Jibril AS segera pergi menemui seekor kelelawar.

Malaikat Jibril AS mendatanginya seekor kelelawar yang siang itu sedang tidur bergantungan di dalam sebuah goa. Kemudian mulai bertanya kepada si kelelawar, "hai kelelawar apakah kamu senang telah dijadikan oleh Allah SWT sebagai seekor kelelawar". "Masya Allah, alhamdulillah, aku bersyukur kepada Allah SWT yang telah menjadikan aku sebagai seekor kelelawar dari pada aku dijadikan-Nya seekor cacing. Tubuhnya kecil, tinggal di dalam tanah, berjalannya saja menggunakan perutnya", jawab si kelelawar. Mendengar jawaban itu pun Malaikat Jibril AS segera pergi menemui seekor cacing yang sedang merayap di atas tanah.

Malaikat Jibril AS bertanya kepada si cacing, "Wahai cacing kecil apakah kamu senang telah dijadikan Allah SWT sebagai seekor cacing". Si cacing menjawab, " Masya Allah, alhamdulillah, aku bersyukur kepada Allah SWT yang telah menjadikan aku sebagai seekor cacing, dari pada dijadikaan-Nya aku sebagai seorang manusia. Apabila mereka tidak memiliki iman yang sempurna dan tidak beramal sholih ketika mereka mati mereka akan disiksa selama-lamanya".

Santri Cerdik dan Seekor Sapi


Seorang santri baru saja lulus aliyah pesantren dengan nilai jayyid jiddan ( lumayan pintar). Dia pun berencana mengadu nasib di Jakarta.

Saat tiba di Stasiun Pasar Senen, dia melihat kerumunan orang. Rupanya sedang ada kecelakaan. Di Jakarta, kecelakaan biasanya memang menjadi tontonan yang menarik, maka dia pun memutuskan untuk ikut menonton.

Namun teryata kerumunan itu terlalu berjubel sehingga ia tidak bisa melihat korban dengan jelas, apalagi postur tubuhnya yang memang kecil. Jadi, o
jangankan mendekat, untuk melihat korban saja sulit. Berhubung karena merupakan santri berotak cemerlang, maka dia tidak kurang akal dan langsung berteriak-teriak sambil pura-pura panik.

“Saya keluarganya.. Saya keluarganya.. Minggir.. Tolong minggir !” katanya sambil mengacungkan jari dan mendesak maju menerobos kerumunan orang-orang tersebut.

Orang-orang pun memandanginya, dan ternyata si santri memang berhasil. Mereka langsung memberi kesempatan kepada santri itu untuk menghampiri korban kecelakaan. Santri itu pun langsung mendekati korban kecelakaan. Dan, betapa terkejutnya ketia dia melihat dengan jelas korban kecelakaan yang diakuinya sebagai keluarganya itu ternyata adalah seekor SAPI!

JENAZAH BERUBAH MENJADI BABI HUTAN


Seorang anak mendatangi Rasulullah sambil menangis. Peristiwa itu sangat mengharukan Rasulullah S.A.W yang sedang duduk bersama-sama sahabat yang lain.
"Mengapa engkau menangis wahai anakku?" tanya Rasulullah. "Ayahku telah meninggal tetapi tiada seorang pun yang datang melawat. Aku tidak mempunyai kain kafan, siapa yang akan memakamkan ayahku dan siapa pula yang akan memandikannya?
" Tanya anak itu.
Segeralah Rasulullah memerintahkan Abu Bakar dan Umar untuk menjenguk jenazah itu. Betapa terperanjatnya Abu Bakar dan Umar, mayat itu berubah menjadi seekor babi hutan. Kedua sahabat itu lalu segera kembali melapor kepada Rasulullah S.A.W.

Maka datanglah sendiri Rasulullah S.A.W ke rumah anak itu. Didoakan kepada Allah sehingga babi hutan itu kembali berubah menjadi jenazah manusia. Kemudian Nabi menyembahyangkannya dan meminta sahabat untuk memakamkannya. Betapa herannya para sahabat, ketika jenazah itu akan dimakamkan berubah kembali menjadi babi hutan.
Melihat kejadian itu, Rasulullah menanyakan anak itu apa yang dikerjakan oleh ayahnya selama hidupnya.
"Ayahku tidak pernah mengerjakan solat selama hidupnya," jawab anak itu. Kemudian Rasulullah bersabda kepada para sahabatnya, "Para sahabat, lihatlah sendiri. Begitulah akibatnya bila orang meninggalkan solat selama hidupnya. Ia akan menjadi babi hutan di hari kiamat."

Salah Tafsir


Suatu pagi yang indah di sebuah sekolah di pondok pesantren, seorang ustad yang begitu berdedikasi mengajar murid-muridnya tentang betapa bahayanya minuman keras kepada mereka. Sebelum memulai pelajarannya sang guru mengambil dua ekor cacing yang masih hidup sebagai sampel, dan dua buah gelas yang satu diisi air mineral dan satunya lagi di isi dengan arak?

coba lihat baik-baik muridku, lihat bagaimana saya akan memasukkan cacing ini kedalam gelas, perhatikan baik-baik. Cacing disebelah kanan saya akan saya masukkan kedalam gelas yang berisi air mineral dan yang sebelah kiri akan saya masukkan kedalam gelas yang berisi arak. Perhatikan baik-baik.?

Semua mata tertuju pada kedua ekor cacing itu. Cacing yang berada di dalam gelas berisi air mineral itu berenang di dasar gelas, sedangkan cacing yang dimasukkan ke dalam gelas yang berisi arak itu tergeletak mati. Si guru tersenyum lebar melihat semua muridnya memberikan perhatian kepada pelajarannya.

Baiklah anak-anak, Kesimpulan apa yang kamu dapat dari pelajaran yang saya tunjukan tadi???

Dengan penuh yakin para murid menjawab ?UNTUK MENGHINDARI CACINGAN?..MINUMLAH ARAK??

Allah Maha Pengampun


Di zaman Nabi Musa ada seorang fasik yang suka melakukan kejahatan. Penduduk negeri tersebut tidak mampu lagi mencegah perbuatannya, lalu mereka berdoa kepada Allah. Maka Allah telah mewahyukan kepada Nabi Musa supaya mengusir pemuda itu dari negerinya agar penduduknya tidak ditimpa bencana. Lalu keluarlah pemuda tersebut dari kampunganya dan sampai disuatu kawasan yang luas, dimana tidak seekor burung atau manusia pun di situ.

Selang beberapa hari pemuda itu jatuh sakit. Merintihlah ia keseorangan, lalu berkata: "Wahai Tuhanku, kalaulah ibuku, ayahku dan isteriku berada di sisiku sudah tentu mereka akan menangis melihat waktu akan memisahkan aku dengan mereka (mati). Andaikata anak-anakku ada di sisi pasti mereka berkata: "Ya Allah, ampunilah ayah kami yang telah banyak melakukan kejahatan sehingga ia diusir dari kampungnya ke tanah lapang yang tidak berpenghuni dan keluar dari dunia menuju akhirat dalam keadaan putus asa dari segala sesuatu kecuali rahmat-Mu ya Allah."

Akhir sekali pemuda itu berkata: Ya Allah, janganlah Kau putuskan aku dari rahmat-Mu, sesungguhnya Engkau Maha Berkuasa terhadap sesuatu." Seterlah berkata maka matilah pemuda itu.

Kemudian Allah mewahyukan kepada Nabi Musa, firmannya: "Pergilah kamu ke tanah lapang di sana ada seorang wali-Ku telah meninggal. Mandikan, kapankan dan sembahyangkanlah dia." Setiba di sana Nabi Musa mendapati yang mati itu adalah pemuda yang diusirnya dahulu. Lalu Nabi Musa berkata: "Ya Allah, bukankah dia ini pemuda fasik yang Engkau suruh aku usir dahulu." Allah berfirman: "Benar. Aku kasihan kepadanya disebabkan rintihan sakitnya dan berjauhan dari kaum keluarganya. Apabila seseorang yang tidak mempunyai saudara mati, maka semua penghuni langit dan bumi akan sama menangis kerana kasihan kepadanya. Oleh kerana itu bagaimana Aku tidak mengasihaninya sedangkan Aku adalah zat Yang Maha Penyayang di antara penyayang."

Balapan Ojek Ustadz vs Pendeta


Pada suatu hari minggu, seorang pendeta tampak tergesa-gesa dan memanggil seorang tukang ojek. Rupanya ia hendak ke gereja menghadiri kebaktian dan saat itu ia sudah hampir telat. Di saat yang bersamaan seorang ustadz muda dari FPI saat itu juga hendak menghadiri acara taklim dan kebetulan mereka searah dalam perjalanan. Beberapa saat kemudian, ojek yang ditumpangi si pendeta tampak berada agak jauh di belakang ojek si ustadz. Lalu ke dua ojek tersebut masing-masing melaju semakin cepat dan karenanya seakan terlihat seperti saling mengejar pula.

“Bang, cepetan sedikit bang.. sudah telat nih..”, sahut si pendeta cemas sambil menepuk-nepuk punggung tukang ojeknya. Si tukang ojek pun merespon lalu menambah kecepatan. Akhirnya jarak antara kedua ojek itu tinggal beberapa meter. Lalu dengan penuh semangat si pendeta menyuruh tukang ojeknya untuk menyalib atau mendahului ojek si ustadz FPI itu.

“Hayoo. Bang.. Salib ojek di depan itu..” kata si pendeta sambil menunjuk-nunjuk menyuruh ojek yang membawanya agar mendahului ojek yang ditumpangi si ustadz muda. Dengan menancap gas akhirnya ojek si pendeta berada tepat semeter dekat samping kanan ojek si ustadz. Lalu dengan semakin semangat si pendeta pun berkata..

“SALIB bang.. SALIB..!” ujar si pendeta keras sehingga sempat terdengar dan membuat kaget si ustadz FPI. Karena si ustadz dan tukang ojeknya sempat kaget, mereka pun berhasil didahului. Tepat disamping ojek si ustadz, si pendeta kembali berteriak-teriak penuh semangat seakan menang balapan.

“SALIB.. SALIB.. SALIB..!” seru si pendeta keras-keras sambil menunjuk-nunjuk.

Bukan main kagetnya si ustadz FPI. Apalagi melihat ‘seragam’ penumpang ojek yang mendahului mereka itu amat tidak asing baginya.

“Wah itu kan pendeta….” gumamnya dalam hati mulai ‘panas’, apalagi dengan tambahan kata-kata ‘salib’ tadi. Merasa ditantang balapan ojek sekaligus tersinggung, si ustadz muda tidak kalah semangat menepuk punggung tukang ojek yang ditumpanginya.

“Hayo, cepat kang.. buru.. Sikat..”, sahutnya. Merasa tak mau kalah dengan ojek si pendeta, ia pun menancap gas kuat-kuat dan akhirnya berhasil melewati ojek si pendeta yang tadi berhasil mendahului mereka. Tepat saat akan mendahului, dengan suara keras, si ustadz muda sambil mengepal-ngepalkan tangannya terus berseru-seru…

“ALLAHU AKBAR.. ALLAHU AKBAR… ALLAHU AKBAR.. ALLAHU AKBAR!!”

AKIBAT MENGAJI KITAB BELUM WAKTUNYA


Benar kata guru-guru kita: Kita harus memperbanyak belajar atau mutolaah daripada memperbanyak mengaji/maknani kitab, tapi tidak pernah dibaca. Juga lebih baik mengaji sesuai tingkatan kemampuan, tidak perlu gede-gedean kitab. Disamping itu kita juga harus cerdas dalam memahami keterangan guru, jangan sok pinter dan selalu paham. Karenannya kita tidak boleh sombong dengan pelajaran dan guru. Karena kesombongan itu akan mendatangkan "walat".

Berikut santri yang kwalat karena kesombongannya tidak mau mengaji kitab yang kecil sesuai tingkataannya. Suati hari ia mengaji kepada Kiyai kitab Tauhdi bab Qodo dan Qodar, padahal kitab itu belum waktunya. Ia memahami keterangan Kiyainya dengan kemampuannya, bahwa Qodo dan Qodar adalah: "Pandumi Gusti Allah yang tidak bisa ditawar-tawar", termasuk semua pekerjaan yang kita lakukan adalah kehendak Allah SWT, begitu ia memahami penjelasan Kiyai. Lalu ia berpikir seorang diri, berarti semua yang aku lakukan ini (baik dan buruk) adalah kehendak Allah, berarti aku tidak salah, begitu ia berpikir dengan percaya diri.

Dengan pemahamannya itu rupannya ia ingin membuktikan kebenaran keterangan Kiyai, dengan cara mencuri ayam Kiyai. Karuan saja perbuatan nekatnya itu membuat Kiyai kehilangan ayam dan penasaran siapa pencurinya. Maka, pada hari berikutnya Kiyai mulai mengawasi kandang ayam dengan bantuan para santri senior. Dan ketika santri tadi sedang mengambil ayam, Kiyai dan para pembantunya yang telah mengawasi, mendekati kandang lalu membentak santri yang kurang ajar itu. Dan ketika ditanya: "kenapa kamu mencuri ayam-ku, kata Kiyai'? Ia menjawab: "semua ini adalah taqdir Allah seperti kata Kiyai dalam pengajian kemarin, bahwa semua perbuatan manusia adalah takdir". Terperanjatlah Kiyai dengan kebodohannya.

Namun kejadian itu belum membuat santri tadi kapok dan tidak merasa salah sama sekali. Maka, disusunlah strategi untuk menangkap santri tadi. Benar saja santri itu datang lagi untuk mencuri ayam. Dan pada saat masuk ke dalam kandang, lalu Kiyai memukulnya dari belakang. Santri itu kaget dan kesakitan. Lau protes kepada Kiyai, kenapa Kiyai begitu tega meyakiti santri Kiyai, begitu protesnya. Kiyai menjawab dengan enteng: "Ini juga takdir Allah, kamu harus saya pukul". Hah…….?! Sadarlah santri tadi bahwa apa yang ia pahami tentang takdir selama ini ternyata salah. Maka, mengajilah sesuai dengan kemampuannya.

KISAH NERAKA JAHANNAM


Dikisahkan dalam sebuah hadis bahwa sesungguhnya neraka Jahannam itu adalah hiam gelap, tidak ada cahaya dan tidak pula ia menyala. Dan ianya memiliki 7 buah pintu dan pada setiap pintu itu terdapat 70,000 gunung, pada setiap gunung itu terdapat 70,000 lereng dari api dan pada setiap lereng itu terdapat 70,000 belahan tanah yang...... terdiri dari api, pada setiap belahannya pula terdapat 70,000 lembah dari api.
Dikisahkan dalam hadis tersebut bahwa pada setiap lembah itu terdapat 70,000 gudang dari api, dan pada setiap gudang itu pula terdapat 70,000 kamar dari api, pada setiap kamar itu pula terdapat 70,000 ular dan 70,000 kala, dan dikisahkan dalam hadis tersebut bahwa setiap kala itu mempunyai 70,000 ekor dan setiap ekor pula memiliki 70,000 ruas. Pada setiap ruas kala tersebut ianya mempunyai 70,000 qullah bisa.

Dalam hadis yang sama menerangkan bahwa pada hari kiamat nanti akan dibuka penutup neraka Jahannam, maka sebaik saja pintu neraka Jahannam itu terbuka, akan keluarlah asap datang mengepung mereka di sebelah kiri, lalu datang pula sebuah kumpulan asap mengepung mereka disebelah hadapan muka mereka, serta datang kumpulan asap mengepung di atas kepala dan di belakang mereka. Dan mereka (Jin dan Mausia) apabila terpandang akan asap tersebut maka bergetarlah dan mereka berlutut dan memanggil-manggil, "Ya Tuhan kami, selamatkanlah."

Diriwayatkan bahwa sesungguhnya Rasulullah S.A.W telah bersabda : "Akan didatangkan pada hari kiamat itu neraka Jahannam, dan neraka Jahannam itu mempunyai 70,000 kendali, dan pada setiap kendali itu ditarik oleh 70,000 malaikat, dan berkenaan dengan malaikat penjaga neraka itu besarnya ada diterangkan oleh Allah S.W.T dalam surah At-Tahrim ayat 6 yang bermaksud : "Sedang penjaganya malaikat-malaikat yang kasar lagi keras."
Setiap malaikat apa yang ada di antara pundaknya adalah jarak perjalanan setahun, dan setiap satu dari mereka itu mempunyai kekuatan yang mana kalau dia memukul gunung dengan pemukul yang ada padanya, maka nescaya akan hancur lebur gunung tersebut. Dan dengan sekali pukulan saja ia akan membenamkan 70,000 ke dalam neraka Jahannam.

PAHLAWAN NERAKA


Suatu hari satu pertempuran telah berlaku di antara pihak Islam dengan pihak Musyrik. Kedua-dua belah pihak berjuang dengan hebat untuk mengalahkan antara satu sama lain. Tiba saat pertempuran itu diberhentikan seketika dan kedua-dua pihak pulang ke markas masing-masing.
Di sana Nabi Muhammad S.A.W dan para sahabat telah.....
berkumpul membincangkan tentang pertempuran yang telah berlaku itu. Peristiwa yang baru mereka alami itu masih terbayang-bayang di ruang mata. Dalam perbincangan itu, mereka begitu kagum dengan salah seorang dari sahabat mereka iaitu, Qotzman. Semasa bertempur dengan musuh, dia kelihatan seperti seekor singa yang lapar membaham mangsanya. Dengan keberaniannya itu, dia telah menjadi buah mulut ketika itu.

"Tidak seorang pun di antara kita yang dapat menandingi kehebatan Qotzman," kata salah seorang sahabat.
Mendengar perkataan itu, Rasulullah pun menjawab, "Sebenarnya dia itu adalah golongan penduduk neraka."
Para sahabat menjadi heran mendengar jawapan Rasulullah itu. Bagaimana seorang yang telah berjuang dengan begitu gagah menegakkan Islam boleh masuk dalam neraka. Para sahabat berpandangan antara satu sama lain apabila mendengar jawapan Rasulullah itu.
Rasulullah sedar para sahabatnya tidak begitu percaya dengan ceritanya, lantas baginda berkata, "Semasa Qotzman dan Aktsam keluar ke medan perang bersama-sama, Qotzman telah mengalami luka parah akibat ditikam oleh pihak musuh. Badannya dipenuhi dengan darah. Dengan segera Qotzman meletakkan pedangnya ke atas tanah, manakala mata pedang itu pula dihadapkan ke dadanya. Lalu dia terus membenamkan mata pedang itu ke dalam dadanya."

"Dia melakukan perbuatan itu adalah kerana dia tidak tahan menanggung kesakitan akibat dari luka yang dialaminya. Akhirnya dia mati bukan kerana berlawan dengan musuhnya, tetapi membunuh dirinya sendiri. Melihatkan keadaannya yang parah, ramai orang menyangka yang dia akan masuk syurga. Tetapi dia telah menunjukkan dirinya sebagai penduduk neraka."
Menurut Rasulullah S.A.W lagi, sebelum dia mati, Qotzman ada mengatakan, katanya, "Demi Allah aku berperang bukan kerana agama tetapi hanya sekadar menjaga kehormatan kota Madinah supaya tidak dihancurkan oleh kaum Quraisy. Aku berperang hanyalah untuk membela kehormatan kaumku. Kalau tidak kerana itu, aku tidak akan berperang."
Riwayat ini telah dirawikan oleh Luqman Hakim.

Air Mata Taubat Nabi Adam a.s


Tahukah saudara semenjak Nabi Adam terkeluar dari syurga akibat tipu daya iblis, beliau menangis selama 300 tahun. Nabi Adam tidak mengangkat kepalanya ke langit kerana....... terlampau malu kepada Allah swt. Beliau sujud di atas gunung selama seratus tahun. Kemudian menangis lagi sehingga air matanya mengalir di jurang Serantip.

Dari air mata Nabi Adam itu Allah tumbuhkan pohon kayu manis dan pokok cengkih. Beberapa ekor burung telah meminum air mata beliau. Burung itu berkata, "Sedap sungguh air ini." Nabi Adam terdengar kata-kata burung tersebut. Beliau menyangka burung itu sengaja mengejeknya kerana perbuatan derhakanya kepada Allah. Ini membuatkan Nabi Adam semakin hebat menangis.

Akhirnya Allah telah menyampaikan wahyu yang bermaksud, "Hai Adam, sesungguhnya aku belum pernah menciptakan air minum yang lebih lazat dan hebat dari air mata taubatmu itu."

Tulis.... Kritik, Saran, Kesan Anda,,,, :)